Beberapa hari lalu media di Kota Tepian dihebohkan dengan pemberitaan mengenai bocah 10 tahun yang (maaf) digilir rekan sebayanya. Usut punya usut, ternyata mereka merupakan anggota geng cilik yang bermarkas di Samarinda Seberang. Hal ini menarik kesimpulan singkat bahwa dugaan budaya seks bebas sudah menjadi tradisi di kalangan mereka.
PRIHATIN rasanya melihat tingkah laku remaja zaman sekarang. Terutama mereka yang tergabung dalam komunitas yang salah arah. Bagaimana tidak, di usia yang sangat dini, para remaja ini sudah tahu bahkan paham tentang bagaimana berhubungan seks layaknya suami istri.
Seperti yang diungkapkan gadis berusia 15 tahun, sebut saja Anggrek. Perempuan yang masih duduk di bangku kelas 9 ini terkekeh saat ditanya mengenai hal itu. Ditemui awak media ini di rumahnya Jalan Pattimura, Samarinda Seberang, Sabtu (17/9) gadis yang tergabung dalam kelompok bernama Lubang Buaya (LBY) ini memaparkan dari mana dia mengenal tentang seks selama ini.
“Sekarang informasi begitu bebas didapat. Termasuk film-film semacam itu (film porno, Red). Kalau punya handphone bagus, kemudian ada paket datanya, ya semua bisa diakses,” kata Anggrek.
Hal itu juga yang dilakukan anggota LBY selama ini. Menurutnya, sebagian dari mereka cenderung nongkrong di warung internet (Warnet). Namun saat rasa jenuh itu melanda, para remaja ini mulai “berselancar” ke beberapa situs dewasa yang tidak seharusnya mereka akses.
“Kadang kalau tidak punya uang untuk pergi ke warnet ya nyolong dulu. Tapi memang tidak semua. Ada juga uang yang diberi orangtua,” ulasnya lantang.
Kebiasaan buruk itu ternyata berbias kepada kehidupan sehari-hari. Sebagian uang yang mereka miliki tak dimanfaatkan dengan baik. Dalam pikiran mereka, kata Anggrek, orientasi hidupnya hanya untuk bersenang-senang bersama teman satu kelompok. “Uangnya habis dipakai beli lem dan alkohol untuk mabuk-mabukan. Bagi yang punya pasangan, biasanya kalau sudah mabuk, sibuk cari tempat mesum,” ulasnya memaparkan.
Kehidupan mereka nyaris tidak memiliki masa depan. Kebebasan yang mereka rasakan, menurut Anggrek, bak surga prematur. Wanita berambut panjang ini menjelaskan, biasanya seks bebas dilakukan anggota geng yang tidak memiliki keluarga atau diusir orangtua karena sebuah sebab.
Hidup tanpa pekerjaan di kota besar harus diakui cukup berat. Apalagi mereka harus memenuhi kehidupan sehari-hari. Sebagian kebutuhan mereka harus ditopang beberapa rekan yang mampu secara ekonomi. Termasuk dalam memenuhi kebutuhan haramnya.
“Jadi yang punya uang patungan buat beli lem dan makan. Lainnya, patungan untuk nyewa bangsalan. Di situ kami ngelem, tidur, dan yang punya pacar, yah mesum di situ,” ucapnya dengan tawa.
Dia menyebut, bertukar pasangan dalam berhubungan seks bukan hal yang tabu. “Kalau lem, biasanya buat kita tidur. Jadi, kalau ada yang ngeseks, kami tidak peduli,” tambahnya.
Sebenarnya, kata Anggrek, jauh di dalam benak mereka ingin keluar dari dunia itu. Tetapi sulit, karena solidaritas satu sama lain sudah sangat kental. Itu sebabnya, kalaupun ada yang keluar dari kelompok secara tiba-tiba akan dimintai pertanggungjawaban dengan cara diteror bahkan dikejar.
“Pengen sih keluar. Tapi susah. Kasihan sama teman-teman. Dan juga sebagian sudah kecanduan dengan dunia ini. Toh pikiran kami yang penting nggak ngegangggu,” tutupnya.
0 Komentar untuk "Akibat Pergaulan Bebas. Bocah 10 Tahun Digilir Rekan Sebayanya."