Angkernya Kolam Puputan Badung Lagi-lagi telan Korban. Padahal Kolam Tiadak Dalam, Namun Berulang Kali Menelan Korban Jiwa.



Pasca terjadinya pembunuhan, sejumlah warga Ikatan Manggarai Barat di Bali, ikut berbaur melaksanakan prosesi Pacaruan Alit di Lapangan Puputan Badung (I Gusti Ngurah Made Agung), tepatnya di areal kolam Senin (24/10) sore.  Untuk diketahui, pada Minggu (23/10) dini hari, di lokasi ini terjadi pembunuhan. Korbannya, Yohannes Jeram, 22, yang ditikam rekannnya sesama perantauan asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Wili Brodus Rambi, 21.

Dalam Pacaruan Alit, kemarin, belasan warga Manggarai ini tampak mengenakan pakaian adat Bali seperti kamen, kebaya dan senteng. Pecaruan dengan olahan ayam brumbun ini dipuput oleh Janbanggul Pura Jagatnatha, Jero Mangku IB Widya dari Griya Panti, Banjar Panti, Desa Pemecutan Kaja.

Warga Manggarai ini pun tampak ikut duduk berjejer ketika Jero Mangku menghaturkan pacaruan. Sementara itu, puluhan warga yang beraktifitas di lapangan tampak antusias menyaksikan prosesi sederhana itu.

Ditemui usai pacaruan, Kabag Kesra Pemkot Denpasar I Gusti Ngurah Mataram mengatakan pacaruan alit ini sudah menjadi kewajiban Pemkot untuk melaksanakan. Sebab, kejadian pembunuhan tersebut dilakukan oleh orang luar Bali. Lebih-lebih berbeda keyakinan. "Jika meninggal di tempat umum apalagi pembunuhan, Pemkot wajib kembalikan kesucian dengan pacaruan. Caru alit ini tujuannya untuk kembalikan roh yang meninggal di sini ke Pencipta. Ini hanya sifatnya sementara.Nanti secara keseluruhan akan digelar Tawur Agung Kesanga. Seluruh Denpasar akan dinetralisir dari hal yang tidak baik. Energi positif kita serap, negatif hilangkan," jelasnya. Melalui pecaruan ini, diharapkan warga kota khususnya anak-anak yang bermain di lapangan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Anehnya, lokasi dimana pacaruan dilakukan ternyata sudah 3 kali terjadi orang meninggal dunia. Menurut Mataram, kejadian pertama, seseorang meninggal tenggelam di kolam tersebut terjadi sekitar 5 tahun lalu. Disusul beberapa tahun kemudian dengan kejadian meninggal tenggelam seseorang saat memancing di kolam. "Padahal kolamnya tidak dalam, cuma sepinggang. Aneh juga dua orang meninggal tenggelam di sini. Dan ini yang ketiga kali. Persis di tempat ini, sudah tiga kali kita lakukan pecaruan disini," ungkapnya.

Terhadap keangkeran kolam Lapangan Puputan Badung, menurut Mataram, Pemkot Denpasar pernah menempuh jalir niskala. "Kita sudah pernah meluasang. Karena terus terjadi kejadian meninggal dunia di sini. Rencananya, Kota memang akan mendirikan satu palinggih di timur laut kolam ini," jelasnya. Angkernya kolam di Lapangan Puputan Badung ini, menurut Mataram, tak terlepas dari sejarah Puputan Badung 1906. Ketika Raja Denpasar bersama pasukannya berguguran di medan perang.

Terkait lemahnya pengawasan Pemkot terhadap tempat umum, kota Mataram, pemerintah tidak bisa membatasi orang yang sedang bersantai. "Ini memang tempat umum untuk istirahat santai. Bahkan disiapkan tempat duduk, tempat merokok dan fasilitas lain. Hanya saja sampai sekarang pemerintah belum berani membatasi orang bersantai karena mereka mencari ketenangan di sini. Namanya kasus, dimanapun bisa terjadi, padahal sehari sebelumnya kita gelar petinget Tumpek Landep di tempat ini," ujarnya.

Ketua Ikatan Manggarai Barat di Bali, Dominikus Ngabut mengatakan, turut hadir dan mendukung pacaruan ini mengingat ada keterkaitan adat dan budaya yang hampir mirip. "Prinsipnya, dimana tanah dipijak disana langit dijunjung. Kita punya adat budaya yang sama, jadi kita ikut mendoakan supaya kasus ini jadi yang terakhir," ungkapnya.

Sementara itu, adanya kegiatan nongkrong yang dilakukan muda mudi di Lapangan Puputan Badung hingga larut malam, mendapat perhatian anggota DPRD Denpasar, Putu Oka Mahendra. Menurut dia, Pemkot Denpasar melalui pihak terkait harus melakukan pengawasan terhadap adanya aksi nongkrong hingga larut malam. Apabila ada indikasi mengganggu keamanan dan ketertiban, maka Pemerintah melalui Satpol PP dapat melakukan penertiban. "Pemerintah melalui instansi  terkait yakni Satpol PP dapat melakukan langkah penertiban jika kegiatan berkumpul sudah menganggu kenyamanan," kata politisi Golkar ini.

Pihaknya juga meminta pihak keluarga dapat melakukan pengawasan terhadap adanya anak-anak atau pemuda yang berkeliaran hingga malam. "Peran keluarga juga sangat penting untuk pengawasan. Kita tidak melarang warga untuk berkumpul, tetapi tetap mengutamakan ketertiban dan kenyamanan. Jangan sampai arena berkumpul tersebut menjadi ajang untuk berbuat yang negatif. Intinya pengawasan harus dilakukan oleh berbagai pihak. “Terkait di Lapangan Puputan Badung, maka pemerintah menjadi peran penting pengawasan.  Meskipun pemerintah kota belum memiliki Perda terkait larangan berkumpul pada zona tertentu dan jam tertentu, namun dalam hal ini, jika sudah mengganggu ketertiban dan kenyamanan, Satpol PP bisa menertibkan," kata Oka Mahendra. nvi

Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Angkernya Kolam Puputan Badung Lagi-lagi telan Korban. Padahal Kolam Tiadak Dalam, Namun Berulang Kali Menelan Korban Jiwa."